Bahagia itu memang sederhana. Saya merasa sangat bahagia karena teman-teman dan sahabat saya telah menikah. Mereka telah dipertemukan dengan jodoh mereka masing-masing oleh Tuhan. Bahkan diantara mereka sudah memiliki momongan. Saya harap mereka pun bahagia dengan pernikahan mereka. Sebagai teman, saya mendoakan agar mereka menjadi keluarga yang saling melengkapi, bahagia lahir bathin sampai maut memisahkan. Lalu, bagaimana dengan saya sendiri? Baiklah, dengan jujur saya menjawab sampai saat ini saya masih sendiri. Bukan saya egois terlalu pemilih, bukan pula saya terlalu cuek dengan urusan yang seperti ini. Alasannya sederhana, karena Tuhan memang belum ingin mempertemukan saya dengan jodoh saya. 

Tanpa sengaja memori saya kembali mengingatkan kebeberapa tahun lalu, tepatnya saat saya masih duduk di bangku SMP. Saat itu saya dan sahabat saya asyik berbincang-bincang dengan ustadz yang kami anggap senior. Saya sebut senior karena dia memiliki ilmu dan pengetahuan yang lebih. Beliau iseng meramal kami satu per satu. Entah bagaimana cara beliau meramal kami. Ingatan saya tak mampu mengingat bagaimana caranya. Hanya hasil ramalan tentang saya dan sebagian ramalan tentang sahabat yang saya ingat. Salah satunya tentang jodoh saya kelak. Ada apa dengan jodoh saya? Beliau berkata bahwa kelak jodoh saya adalah 'orang jauh', bukan dari tanah kelahiran saya, pokoknya dia adalah 'orang jauh'. Saya tidak tahu sejauh apakah 'orang jauh' yang beliau maksud. Apa dia berasal dari pulau-pulau yang di Indonesia, kecuali kalimantan? Karena kalimantan adalah pulau kelahiran saya. Atau mungkin dia berasal dari belahan dunia lain? Entahlah, mungkin dia 'orang jauh' dari antah berantah. Semua itu rahasia Tuhan. Jodoh sepenuhnya ada ditangan Tuhan. Saya percaya itu.  

Dengan iseng saya bertanya kepada salah satu sahabat saya yang baru saja menikah bulan Juni lalu tentang ramalan dia. Sepertinya pikiran saya dan dia sedang kompak. Tanpa saya tanya, dia bercerita langsung tentang  ramalan itu. Dia justru bertanya kepada saya apakah saya masih ingat tentang ramalan disaat SMP dulu. Tentu saya ingat, tapi sebagian besar ingat tentang saya saja. Kemudian dia memberitahukan ramalan tentang dia, lebih tepatnya tentang jodohnya, kelak jodohnya adalah 'orang dekat', orang yang satu kota dengannya. Dan hal itu benar, entah kebetulan atau bagaimana, yang pasti suaminya bukan 'orang jauh' seperti jodoh saya nanti. Sahabat saya ini tinggal di Jambi dan begitu juga dengan suaminya. Pertemuan mereka pun tanpa disengaja. Bertemu di apotek saat sahabat saya (red: Sukma) membelikan obat untuk Bapaknya yang sedang sakit. Setelah itu mereka berdua tidak ada komunikasi lagi. Karena saat itu Sukma masih berpacaran dengan si X. Cukup lama mereka berpacaran. Mungkin sekitar dua tahun atau lebih. Sukma rela mengejar si X ke Jakarta karena kedua orang tua Sukma tidak berpihak pada hubungan mereka berdua. Sampai akhirnya Tuhan memberikan petunjuk kepada Sukma bahwa si X bukan orang yang tepat. Mereka memiliki rencana untuk menikah. Tapi sulit bagi mereka untuk melancarkan rencana itu. Selalu ada saja halangan yang membuat mereka gagal untuk menikah. Orang tua Sukma menyuruhnya segera pulang ke Jambi. Karena mereka tak ingin melihat anaknya menderita. Sukma pulang. Tanpa sengaja terjalin lagi komunikasi antara dia dengan lelaki yang dia kenal di apotek beberapa bulan lalu. Kemudian lelaki yang dia kenal di apotek itu melamarnya. Akhirnya mereka menikah. 

Diluar benar atau tidaknya ramalan ustadz saya tersebut, saya yakin Tuhan selalu memiliki rencana yang unik untuk mempertemukan jodoh kita kelak. Entah bertemu dimana, kapan, dan dengan siapa kita berjodoh. Tuhan memang luar biasa kreatif membuat jalan cerita yang akhirnya bisa menjadi bahan cerita yang kita bisa ceritakan kepada orang lain betapa uniknya pertemuan kita dengan pasangan kita. Seperti halnya sahabat saya yang lain (red: Lulu). Lulu pernah berpacaran dengan beberapa lelaki dan sampai ada yang bertahun-tahun. Tapi tidak ada diantara mereka yang sampai akhirnya menikah dengan Lulu. Justru Lulu menikah dengan orang yang beberapa bulan dia kenal. Kurang lebih ceritanya seperti ini, Lulu baru berkenalan dengan seorang lelaki. Mereka berdua berjanji untuk pergi jalan-jalan dan lelaki itu akan menjemputnya ke rumah. Sesampai di rumah, lelaki itu sangat speechless karena di rumah ada mama dan neneknya si Lulu. Nah, disini mamanya Lulu merasakan ada yang lain dari lelaki itu. Beliau merasa cocok dan yakin bakal berjodoh dengan anaknya. Beberapa bulan kemudian benar saja mereka berdua menikah. Alhamdulillah sekarang mereka memiliki putri kecil yang cantik. 

Terkadang berapa lama kita berpacaran tidak bisa dijadikan kepastian kita akan menikah dengan orang tersebut atau tidak. Belum tentu lama berpacaran pasti akan berujung pernikahan. Sekali lagi jodoh itu rahasia Tuhan. Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya benarkah jodoh saya kelak adalah 'orang jauh'. Tunggu saja jawaban yang indah dari Tuhan. Entah di tahun ini, tahun depan, atau tahun-tahun berikutnya.

Dear 'Orang Jauh',
Apa kabar kau disana? Apakah kau baik-baik saja?
Kapan kau akan menemukan tulang rusukmu yang menghilang? 
Apa kau kesulitan menemukan tulang rusukmu?
Ah, mungkin saja karena tempat kau yang terlalu jauh, sehingga kau kesulitan untuk menemukan tulang rusukmu.
'Orang Jauh', kau tau tulang rusukmu ada disini. Ada padaku. 
Ambilah tulang rusukmu ini diwaktu yang tepat. Ingat, diwaktu yang tepat! 
Diwaktu kita telah siap untuk mempersatuan kembali tulang rusukmu yang menghilang. 
Biarkan Tuhan mempertemukan kita dengan caranya yang indah, unik, dan penuh cerita.
Agar aku bisa mengganti sebutan 'Orang Jauh' dengan namamu yang sebenarnya.
Baiklah 'Orang Jauh', cukup sampai disini saja aku menulis untukmu hari ini. 
Baik-baik kau disana, bye.


Regards,

Tulang Rusukmu

Perjalanan ini boleh jadi perjalanan perdanaku ke luar negeri. Jujur saja selama 22 tahun aku hidup di dunia, aku belum pernah sekalipun melihat bagian dunia lainnya. Padahal dunia itu luas, mubazir banget kalau tidak dikunjungi. Kasihan banget ya gw? Hahaha.. Membuat paspor saja belum pernah terpikirkan. Untung saja  waktu itu aku membaca sebuah artikel pentingnya memiliki paspor. Akhirnya tepat bulan November 2011 aku berhasil membuat paspor tanpa jasa calo. Hari gini baru punya paspor, kemana aja lo, git?!! Setiap kali aku melihat paspor yang aku letakan di lemari buku, aku merasa cupu karena belum pernah mengajaknya melancong kemana pun. Masih kosong, bersih, belum ada cap imigrasi sama sekali. Apalagi kalau mendengar cerita orang-orang yang sudah pernah ke negeri inilah, ke negeri itulah, ingin rasanya aku mengutuk diri sendiri. Tapi aku pikir belum terlambat untuk melihat negara-negara lain. Toh, aku juga masih muda, masih memiliki banyak energi dan semangat yang tinggi untuk jalan-jalan. Terlebih lagi aku memang suka jalan-jalan. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta dengan traveling. Tentu saja aku tidak akan pernah merasa bosan sedikit pun dengan kegiatan semacam ini dan semangatku untuk jaalan-jalan selalu berapi-api. Apalagi saat sekarang ini beberapa maskapai penerbangan sering menjual tiket promo dengan harga miring dan bersaing. Ditambah, beberapa negara ASEAN memberlakukan bebas visa untuk paspor Indonesia. Akhirnya aku pun melirik 3 negara tetangga yang menjdi sasaran empuk perjalanan pertamaku nanti. Singapura, Malaysia, dan Thaiand. Yeay!! Pemburuan tiket promo pun dimulai.

Tapi sebelumnya, lewat jejaring komunitas backpacker, aku bertemu seseorang yang ingin juga berkunjung ke-3 negara tersebut, namanya Gitya. "Ah, kebetulan!!" pikirku.  Karena Gitya berdomisili di Malang dan saya di Bandung, kami menjalin komunikasi via email, twitter, facebook, skype, dan terkadng sms-an. Tapi hal semacam ini tidak menyurutkan niat kami untuk melakukan trip bersama. Selain Gitya, aku juga mengajak seorang temanku, Dini, untuk join trip ini. Awalnya dia menolak karena berbagai macam pertimbangan. Maklum pada saat itu dia belum tahu pasti kalender akademik perkuliahannya. Tapi akhirnya dia mau juga ikutan trip ini. Here we go!!


 Skip or no?

Nyaris saja aku mengurungkan niat untuk melancong ke Malaysia atau dengan pilihan lain aku tetap berkunjung ke Malaysia tapi aku tidak akan menginap di negara ini. Tapi aku pikir ini adalah hal yang mustahal bagiku untuk tidak bermalam. Malaysia isn't country that small!! Apalagi itinerary yang sudah aku rancang sedemikian rupa akan berubah total begitu saja. Ini tidak adil sekali mengingat waktu yang telah aku habiskan selama 3 bulan bersama Gitya untuk menyusun itinerary perjalanan perdana kami ke luar negeri akan sia-sia belaka.

Selama menyusun itinerary, dengan giat kami mencari tau hal -hal apa saja yang menarik di Malaysia. Google cukup membantu kami dalam prosesi ini. Banyak hasil pencarian yang ditemukan oleh google. Secara seksama aku melihat setiap list hasil yang ditemukan. Tapi yang banyak aku temukan adalah tulisan-tulisan di blog orang lain tentang betapa kapoknya mereka saat berkunjung ke negeri jiran ini. Tulisan-tulisan tersebut cukup membuat nyali kami agak sedikit ciut untuk berkunjung kesana. Kebanyakan dari mereka enggan berkunjung kesana lagi. Mereka bilang warga Malaysia kurang ramah terhadap WNI, apalagi petugas imigrasinya. "Ah, apa-apaan ini? Sampai segitunya kah orang-orang Malaysia terhadap Warga Negara Indonesia?" batinku. Tapi bagaimanapun juga, kita tidak akan pernah bisa membuktikan benar tidaknya opini orang-orang Indonesia terhadap penduduk Malaysia kalau kita tidak datang kesana untuk membuktikan langsung. Salah satu travel quote dengan sukses menyakinkanku tanpa ada keraguan sedikit pun untuk tetap mencipipi negara ini dan membuktikan apakah orang-orang Malaysia seperti kebanyakan orang bilang.

“To travel is to discover that everyone is wrong about other countries.” – Aldous Huxley

Seminggu sebelum keberangkatan, dengan bantuan couchsurfing.com aku dan travelmatesku, Gitya dan Dini, mencoba mencari host yang bersedia menampung kami selama 2 hari 2 malam di KL. Mengirim request ke beberapa orang dan akhirnya request kami pun direspon juga. Banyak dari mereka yang bersedia. Tapi kami bersikap profesional saja, dilihat siapa yang membalas request kami duluan. Orang pertama yang membalas adalah Zoe, perempuan muda asal Belanda, yang kebetulan lagi stay di KL. Dengan baik hati dia memberi kami alamat apartemennya, lengkap dengan intruksi-intruksinya untuk mencapai apartamennya.

Dag Dig Dug Seeeer!!


Tanggal 1 Maret yang kami tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga. We are very excited!! Hari ini kami akan bertolak ke Singapore for the first time. Aseek :) Meskipun bertolak dengan budget yang tak seberapa, maklum niatnya cuma backpackerang doang. Jadi ya budget minim yang penting bisa hidup di 3 negara dalam 11 hari. Bismillah. Beruntungnya lagi, orang tua Dini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengantarkan kami ke Bandara Soekarno-Hatta. Lumayan ngrit ongkos transport ke Jakarta nih. Sepanjang jalan aku merasa deg-degan, maklum ini my first time going abroad. Tapi disamping persaanku yang deg-deg seeer enggak karuan, aku juga merasa kesal dengan padatnya jalanan ibukota. Karena pada hari itu Jakarta benar-benar padat merayap. Eh, tiap hari juga macet deh kayaknya, haha. Padahal Bapaknya Dini sudah mencoba salip sana sini. Truk, Bus, Mobil, dan lain-lain pun sudah berhasil disalip beliau. Tetep saja 3 jam belum sampai juga di Bandara. Hadeeuh...

Sekitar 3,5 jam kami sampai di Bandara. Nah, sekarang yang jadi masalah kami tidak tahu dimana terminal untuk Tiger Airways. Secara kami belum pernah naik Tiger. Mencoba tanya sana-sini, akhirnya kami berhasil menemukan terminal untuk Tiger. Nyaris telat check-in. Fiiiuuh!! Beberapa menit kemudian, orang tua Dini pamit pulang dan dengan berat hati beliau melepaskan anaknya melancong ke luar negeri untuk pertama kalinya.

Backpack yang aku gendong cukup membuatku kelelahan, ditambah lagi suhu udara di Jakarta super duper panas dan antrian check-in  di counter Tiger CKG-SIN sangat panjang. Tapi aku sangat senang dengan ini semua. Traveling is my hobby. So, semua itu bukan masalah bagiku. Dengan rapi kami berbaris membentuk satu barisan yang rapi di counter check-in.

"Gila, ternayata ransel yang kubawa lumayan membuat pundakku terasa pegal." Dini mengeluh sambil mengelap keringat didahinya.
"Hahha...sepertinya kau akan kerepotan dengan bawaanmu sendiri. Kau bilang kau ini backpacker, tapi kau bawa tas sampe dua begitu. Kau bawa ransel dan kau bawa koper pula. Dan aku tebak saat pulang nanti bawaanmu tak hanya dua tas." aku tertawa kecil melihat Dini yang sebentar-sebentar membetulkan posisi tas ransel dan koper kecilnya.
"Din, sebaiknya kau ambil trolly saja." saran Gitya sembari melirik tumpukan trolly yang tidak begitu jauh dari counter.
"Bener juga ya." kemudian Dini berlalu kearah tumpukan trolly tersebut.

Dari kejauhan aku dan Gitya melihat tingkah Dini yang begitu konyol. Dia tidak tahu cara melepaskan trolly yang ditumpuk. Cukup lama Dini berusaha melepaskan satu trolly. Tidak hanya aku dan Gitya, orang lain di sekitar kami pun memperhatikan si Dini. Kemudian datanglah seorang laki-laki tua mencoba membantu Dini. Sambil cengar-cengir si Dini berjalan mendorong satu trolly kearah kami.

"Hey kalian, trolly ini cukup membuatku malu. Melepas satu trolly dari tumpukannya saja aku enggak bisa," Dini tertawa sembari meletakan kopernya ke atas trolly.
"Itung-itung pengalaman, Din." Gitya mencoba menghibur. Aku hanya tertawa saja mengingat tingkah laku Dini kala itu.

Tiba-tiba...
"Astaga, aku lupa ambil uang untuk airport tax!" Aku mulai panik clingak-clinguk mengedarkan pandangan mencari ATM. Sebenarnya didompetku ada uang, tapi uang SGD, THB, dan MYR. Semua uang yang aku persiapkan sudah aku tukar semua. Jadi, tak ada rupiah sama sekali didompetku. Padahal aku perlu rupiah untuk bayar airport tax Rp 150.000,-
"Ehm...atau keluar aja dulu Git, mungkin di luar ada ATM?" usul Gitya.
"Sepertinya disekitar sini ada. Aku cari dulu ya" Aku berlalu segera mencari-cari ATM.


--bersambung-- 


Oosterscheldekerin
Oosterscheldekering, dam gagah perkasa yang berdiri kokoh diantara pulau Schouwen-Duiveland dan Noord-Beveland, merupakan salah satu dam yang hadir setelah peristiwa pahit yang pernah ditelan Belanda pada tahun 1953. Mungkin belum banyak orang yang tahu peristiwa apa yang tengah menimpa negeri ini pada tahun tersebut. 
Pada 31 Januari 1953, banjir bandang bertamu ke negara ini akibat adanya hantaman bencana alam yang berasal dari Eropa Barat. Bencana alam yang menghantam Eropa Barat saat itu berupa badai dan air pasang. Hantaman itu tak tanggung-tanggung. Banyak bendungan jebol karenanya. Dampaknya, banjir menjalar di sebagian propinsi Zeeland, Brabant utara dan Belanda selatan. Ketinggian air sekitar 5.6 meter di atas permukaan laut. Tentu saja hal ini merupakan sebuah kesialan dan kerugian bagi Belanda. Bagaimana tidak, banjir yang tak terduga ini dengan sukses telah menewaskan sekitar 1836 orang, 30.000 hewan tenggelam, dan sekitar 156 hektar tanah terendam. Bahkan ratusan ribu orang kehilangan harta milik mereka.
Setelah peristiwa dahsyat itu, tepatnya pada 21 Februari 1953, Belanda tidak tinggal diam. Dengan sigap negeri ini membentuk komisi delta. Komisi delta berencana untuk meninggikan dan memperkuat tanggul-tanggul. Sementara saluran air laut ditahan dengan bendungan dan dinding penahan. Kemudian mereka membangun Oosterscheldekering. Oosterscheldekering adalah salah satu proyek Delta Works (Deltawerken) terbesar dan menjadi bangunan terbesar di dunia. Awalnya dam ini disuguhkan dalam keadaan tertutup. Akan tetapi, ada beberapa orang yang tidak setuju dengan tertutupnya dam ini dan akhirnya mengundang protes besar dari masyarakat, khususnya para nelayan .
“Kami ini adalah nelayan. Laut ini yang bisa membuat kami bertahan hidup sampai sekarang. Jika anda membuat penghalang di laut, maka air akan menjadi manis dan ikan-ikan akan mati. Lalu bagaimana nasib kami?!!” protes para nelayan.
Mengetahui hal tersebut, para insinyur Belanda yang tergabung dalam komisi delta langsung memutar otak untuk mendapatkan solusi terbaik, tentunya solusi yang tidak merugikan siapa pun. Bukan Belanda namanya kalau tidak bisa menghasilkan sesuatu yang kreatif dan inovatif. Akhirnya, mereka membuka Oosterscheldekering. Dam ini akan selalu terbuka, kecuali ketika ada bahaya dam ini akan tertutup.

Oosterscheldekering

Tentunya tidak mudah membangun Oosterscheldekering karena dam ini sengaja dirancang dan dibuat untuk dapat bertahan lebih dari 200 tahun. Belanda memang tak asal menciptakan Oosterscheldekering. Pembuatan dam ini telah memakan beberapa dekade karena saking sulit, rumit, dan detail untuk menghasilkan dam yang nantinya akan menyelamatkan ratusan bahkan ribuan penghuni di Belanda. Komposisi dam ini terdiri dari 65 pilar beton dan 62 pintu baja dengan lebar masing-masing 42 meter. Tinggi setiap pilar berkisar 30.25-38.75 meter dan berat 18000 ton. Komposisi ini cukup mendukung untuk pertahanan sesuai dengan yang mereka targetkan. Tak salah kalau Oosterscheldekering menyandang gelar sebagai salah satu dari  7 keajaiban modern dunia oleh The American Society of Civil Engineers

Pilar

Melihat kreativitas Belanda yang satu ini, saya merasa malu dengan negeri sendiri. Belanda yang luasnya tak seberapa ini mampu menciptakan ‘Penakluk Air’ yang mampu melindungi negerinya disaat banjir bertandang. Sedangkan Indonesia, tak mampu menciptakan hal semacam ini dengan alasan dana. Padahal Indonesia memiliki dana yang lebih dari cukup, cukup membuat para koruptor beraksi. Ah, kapan Indonesia bisa meniru kreativitas Belanda seperti ini? Entahlah.

Tidak ada banyak hal yang bisa saya ceritakan tentang Hat Yai karena ini kali pertama saya mengijakan kaki di Hat Yai yang hanya dalam waktu beberapa jam saja. Memang benar seperti yang dikatakan banyak orang tentang 10 Baht di dalam paspor. Di kota ini saya mengalami hal yang sama. Sopir minivan yang saya tumpangi meminta para penumpang untuk menyelipkan 10 Baht di dalam paspor. Tanpa banyak bertanya, saya lakukan saja sesuai permintaan sang sopir. Lagipula percuma saya bertanya. Si sopir tidak bisa berbahasa Inggris dan saya tidak bisa berbahasa Thailand. 

Di imigrasi Thailand, saya melihat dua antrian yang lumayan panjang di pos berbeda. Saya jadi agak deg-degan saat mengantri. Terlihat diantrian yang paling depan seorang bule perempuan yang ditanya-tanya cukup lama oleh petugas. Entah ditanya apa saya kurang tahu. Ketika tiba giliran saya, saya pun komat-kamit berdoa agar diberi kemudahan. Saking takutnya. Setelah beberapa menit petugas memeriksa paspor saya, akhirnya paspor saya nambah satu cap stempel lagi dan petugas mengembalikan paspor saya sambil tersenyum. Alhamdulillah, ternyata gampang dan tidak lama bagi saya untuk mendapatkan ijin masuk negara Thailand :)

Beres urusan migrasi, minivan yang saya tumpangi pun melaju menuju kota Hat Yai. Sepanjang perjalanan ditemani dengan hujan yang lumayan deras, di pingggir jalan saya melihat banyak tempat makan yang berlabel halal dengan simbol bulan dan bintang. Sering juga saya menjumpai perempuan-perempuan berjilbab disini. Penumpang yang duduk di depan saya pun perempuan berjilbab. Dan kalau saya dengar dari percakapan dia dan laki-laki disampingnya-suaminya-sepertinya mereka orang Thailand. 

Sekian lama saya menunggu, minivan saya belum sampai juga di kota Hat Yai. Karena saya merasa bosan diperjalanan, sesekali saya memutar playlist yang ada di ponsel saya, sesekali saya mengobrol dan bercanda dengan travelmates saya. Tak terasa tiba juga di kota Hat Yai tepat pukul 07.00 PM waktu setempat. Sopir minivan saya langsung menurunkan saya di depan counter tiket bus. Sesuai permintaan saya dan travelmates saya. Sebelum berangkat ke Hat Yai, kami meminta sopir untuk menurunkan kami di tempat yang menyediakan tiket bus ke Krabi. Walaupun beliau tidak begitu paham English, tapi untung saja beliau mengerti maksud kami. Karena hujan yang cukup deras, seegera kami berlari ke counter tersebut. 

Big bus yang akan mengantar kami ke Krabi pun akhirnya datang. Langsung saja kami masuk ke bus dan mencari nomer kursi yang tertera ditiket. Salah satu travelmates saya, Gitya, merasa sial saat itu. Dia mendapatkan kursi bus yang basah karena tetesan air dari AC. Mencoba berpindah ke kursi belakang, ternyata nasib kursi belakang sama saja. Basah. Dengan terpaksa dan tidak ada pilihan lain, akhirnya dia duduk di kursi tersebut.

Tepat di belakang saya, ada seorang laki-laki bule ganteng dengan memakai t-shirt bewarna hijau daun dan rambut agak sedikit plontos. Sebenarnya agak sedikit kurang jelas sih saya melihat dia karena malam dan lampu di bus tidak terlalu terang bagi saya. Saya tebak usianya sekitar 27 tahun. Tak sengaja saya melihat ke belakang dan dia pun melempar senyum ke arah saya. Seramah mungkin saya membalas senyumnya. Dengan iseng saya menantang seorang travelmates saya, Dini, yang duduk disamping saya. Kebetulan dia termasuk bule lovers.

"Tuh ada bule ganteng di belakang gw," tangan saya sengaja menyikut tangan Dini.
"Iya ganteng, mana dia tadi senyum-senyum mulu ke gw," katanya pede.
"Berani gak lo nyapa dia? Lo tanya aja, do you want to go to Krabi? Berani ga?" saya mengajukan tantangan.

Tanpa menjawab tantangan saya, Dini langsung saja nyelonong menyapa si bule yang tak berdosa itu. Alhasil terjadilah obrolan singkat antara saya, Dini, Gitya, dan si bule. Setelah berkenalan dan ngobrol ngalor-ngidul dengan si bule, akhirnya kami tahu siapa namanya dan darimana asalnya. Namanya Dan, asal London. Tak berapa lama, obrolan kami pun berhenti karena suhu AC di bus sudah mulai mendingin dan hujan di luar tak kunjung reda. Menambah suhu semakin bertambah dingin. Masing-masing kami mengenakan selimut yang disediakan di bus. Ditemani dengan alunan lagu Thailand yang mendayu-dayu, kami pun akhirnya terlelap juga.


Hat Yai, 5 Maret 2012




Ternyata tidak mudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Banyak perjuangan yang harus dikerjakan untuk bisa meletakkan toga di kepala. Inilah salah satu masa-masa sulit bagi saya yang berstatuskan mahasiswa tingkat akhir. Mencari inspirasi dimana-mana, mencari ide sampai 'jungkir balik', mencari sosok-sosok yang bisa membantu, sampai akhirnya kata-kata 'galau' pun sering terucap dibibir saya. Kadang saya sengaja duduk di toilet cuma sekedar untuk mencari sebongkah ide, sepercik inspirasi. Tapi bukannya itu yang saya dapat, malah 'sesuatu' yang keluar. Sepertinya ini faktor sakit perut :)

Sekian bulan, sekian minggu, sekian hari berhadapan dengan laporan tugas akhir dan program. Dikejar-kejar deadline yang cukup membuat saya bingung harus berlari kemana. Dipaksa untuk berhadapan dengan dosen pembimbing yang agak  killer dengan muka juteknya dan terkadang sok sibuk. Belum lagi disaat sidang, behadapan dengan dosen penguji yang entah bagaimana tingkah mereka saat menguji mahasiswa. Ada yang baik, ada yang tega (tega tidak meluluskan -_-'), bahkan ada yang super duper asyik.

"Finally, I have had a passport, yeaaay!! Alhamdulillah."

Norak sih kedengerannya. Baru punya passport aja udah kayak dicium sama Taylor Lautner. Tau lo siapa dia? Pasti taulah. Hari gini gak tau sama Taylor Lautner? Helloooo, kemana aja sih lo? Pasti gak pernah nonton Twilight deh. Apaan banget sih gw, kok malah bahas si ganteng yg bukan siapa-siapa gw. Kan gw mau bahas passport baru gw. Cie..yg baru punya passport. Ndesooo!!

Okeh. Lanjut. Intinya disini itu gw mau berbagi sama lo semua yang lagi gak sengaja mampir di blog gw atau yang emang bener-bener niat lagi pada mau bikin passport tanpa calo dengan berusaha sekuat tenaga mencari gimana cara-caranya di search engine atau yang lebih kita kenal dengan sebutan "Mbah Google". Coz, asal kalian tau, sebelum gw nekat pergi ke imigrasi dan ngurus sendiri, gw juga searching dulu. Alasannya sih biar gw gak kena tipu si calo atau biro jasa deh. Well, This is it. 

Jujur dari lubuk hati gw yang paling dalem dan demi apaan aja deh, ngurus sendiri itu lebih murah biayanya ketimbang diurusin sama calo atau biro jasa (yaealahhh, namanya juga diurusin orang lain, pasti lebih mahal #plakk). Tapi yah yang namanya ngurus sendiri itu sih agak ribet. Eh, gak ribet ding, cuma aja antrian di imigrasinya itu emng bener-bener bikin mati gaya. Tiap hari ada aja yang datang dan ngantri di Kantor Imigrasi. Entah ngapain gw juga gak paham. Yang gw paham tiap hari ANTRI. So, Budayakan Antri. What?? Mulai ngawur nih gw.

Well, jadi gini caranya ngurus sendiri, simak ya (Kantor Imigrasi Kelas I Bandung):
  1. Lo dateng aja langsung ke kantor imigrasi sepagi-paginya, sebelum pukul 08.00. Plis ya, ditahap ini jangan lo tunjukin tampang lo yang gak tau apa-apa. Masalahnya di depan kator imigrasi banyak banget calo atau biro jasa yang beredar. Daripada tampang bego lo ketangkep basah para calo dan biro jasa, mending lo langsung ke koperasi beli map kuning, sampul passport, dan materai 6000. Harganya Rp 10.000,00 dan materainya Rp 7.000,00. Jadi totalnya Rp 17.000,00
  2. Ambil formulir dan surat pernyataan di loket pengambilan formulir disamping kiri pintu masuk kantor imigrasi dan tunjukan map kuning plus sampul passport yang sudah dibeli di kopersi tadi. Katanya sih formulir dan surat pernyataannya gratis, tapi kalau mau ambil formulir dan surat pernyataan harus tunjukin map kuning dan sampul passport. Jadi maksudnya? Yasudahlah...Tunjkin aja. hehe..^_^
  3. Tahap ini sih terserah kalian. Kalian boleh isi formulir dan surat pernyataan langsung pada saat itu juga atau besoknya, besoknya, dan besoknya lagi. Tapi kalau kata gw sih mending isi langsung di tempat pada saat itu juga. Itu pun kalau lo mau cepet punya passport. Nah, kalau mau isi form pada saat itu juga, sebelum ke kantor imigrasi kalian harus siapin dokumen-dokumen yang penting, yaitu: Photocopy beserta aslinya Akte Lahir, Kartu Keluarga (KK), KTP (Terserah KTP daerah mana aja), dan Ijazah SMA. Dokumen-dokumen ini sih buat yang masih berstatus pelajar diatas 17 tahun dan mahasiswa. Kalau diluar itu, maaf gw kurang tau. Peace... 
  4. Kalau sudah beres isi form dan yakin, langsung aja lo ambil nomer antrian. Lo minta aja ke Pak Satpam. Silakan duduk dan tunggu nomer antrian lo muncul di layar. 
  5. Ketika nomer antrian lo muncul, lo langsung aja serahin semua map kuning yang berisi dokumen-dokumen penting itu tadi dan nomer antrian lo. Setelah dokumen lo di cek petugas dan dirasa cukup, si petugas ngasih lo tanda terima permohonan. Kertas kecil gitu sih. Disitu ditulis kapan lo diharap menghadap kembali. Menghadap itu untuk bayar administrasi Rp 255.000,00, foto dan wawancara.
  6. Ditanggal yang sudah ditetapkan (gw sih sekitar 3 hari setelah ngasih dokumen-dokumen), lo balik lagi. Jangan lupa bawa tanda terima permohonan. Sebisa mungkin lo datang sepagi-paginya. Biar antrian lo gak lama. Ya sebelum pukul 08.00 lah lo datang ke kantor imigrasi.
  7. Langsung aja ke Pak Satpam yang berdiri didekat pintu masuk dan minta nomer antrian untuk pembayaran. Silakan duduk dan tunggu sampai nomer antrian lo muncul dilayar.
  8. Kalau nomer antrian lo sudah muncul, langsung aja ke kasir serahkan nomer antrian dan tanda terima permohonan yang kemarin. Tunggu beberpa menit dan nama lo akan dipanggil lagi untuk bayar.
  9. Setelah tahap 8 selesai, lo tunggu aja untuk dipanggil foto dan wawancara. Foto gak boleh pakai lensa kontak atau kacamata. Kalau wawancaranya sih gak kaya wawancara kerja kok. Biasa aja. Palingan ditanya mau pergi kemana? That's it.
  10. Selesai foto dan wawancara, si petugas akan ngasih lo selembar tanda pengambilan passport yang tertera kapan lo bisa ngambil passport-nya. Kalau gw sih 5 hari setelah gw foto dan wawancara. 
  11. Sesuai tanggal pengambilan yang telah ditetapkan, lo balik lagi ke kantor imigrasi dan jangan lupa bawa lembar tanda pengambilan passport. Tapi kalau tahap ini sih lo ga dituntut untuk datang pagi-pagi. Karena untuk pengambilan passport dibuka pukul 13.00-16.00, khusus untuk pengambilan passport aja loh...
  12. Langsung ke loket pengambilan dan tancepin tanda pengambilan passport. Tunggu sampai nama lo dipanggil. Terus tanda tangan pengambilan. Dan akhirnya...jeng jeng...Lo punya passport!!!
Nah, gampang kan? Selain itu murah juga ngurus sendiri. Cuma Rp 10.000,00+Rp 7.000,00+Rp 255.000,00 = Rp 272.000,00. Kalau ada biaya diluar itu, gw gak tanggung jawab. Ini gak termasuk biaya parkir motor/mobil, biaya lo ngangkot sampai ke kantor imigrasi, biaya bensin motor/mobil lo, biaya makan lo, dll :)

Ok, Selamat Mencoba. Good luck!!!

1/ You have a bike
2/ You even know how to brake using retropedaling
3/ Walking from your faculty to the cafeteria has become unimaginable. You take your bike, even if it’s for 50meters
4/ Eating 7 slides of bread for lunch doesn’t scare you anymore
5/ By the way, you stopped eating warm lunch. You just eat bread
6/ You know what a kroket is, and you learned to avoid the orange ones
7/ It doesn’t surprise you anymore to eat at 18:30
8/ You drink beer
9/ You got used to trance and electro music
10/ You don’t cheat on the train, because controllers are EVERYWHERE
11/ When the cafeteria is crowed, you line up neately with the others
12/ You used to use cash all the time, but now you have a pin card
13/ You think ducks are cute
14/ As soon as the sun pops out, you make a barbecue, even if it’s 10°C outside
15/ You think 15°C is warm
16/ You know winter stops in May, and not March as everywhere else
17/ You don’t remember what a moutain looks like
18/ You still don’t know how to speak Dutch. But your English has improved
19/ You know what Surinam is. And where it is
20/ You never go out without your bike lights
21/ You think butter in a bottle is normal
22/ You know that all the guys are in Delft. And the girls, everywhere else, especially Leiden
23/ You go to Leiden on Saturday
24/ You’ve been to a flower park, and thought it was cool
25/ You’re ok with having only one flavour of ice cream (the white ones)
26/ You don’t even bother to ask “do you speak English?”, you just speak English right away
27/ When you go to the cinema, you are ok with being told where to sit
28/ And you wouldn’t dare sit anywhere else
29/ You have finally accepted the fact that Gouda is cheese
30/ Paying 6€ for a meal in the cafeteria seems normal
31/ You know how to repair a bike
32/ You eat potatoes at least once a day
33/ You always check the weather before leaving home
34/ You know what it is being late and having to wait for a boat to cross the bridge
35/ You can drink milk at any time of the day
36/ Sometimes, you only drink milk as lunch
37/ You have tried karnemelk at least once
38/ You start liking dropjes
39/ For you something sweet means straubwaffels
40/ Spring means flowers blooming and construction sites opening up all over the place
41/ Being tall gets a new meaning
42/ Blonde is back to being a hair-color, not a concept
43/ you have 4 seasons in one day
44/ you can start a mail to your teacher who happens to be a doctor by “yo, wassup doc” (exaggeration can get the message through)
45/ You think that paying to use the toilets is normal.
46/ You know that kapsalon is not a typical turkish dish, but a hairdresser
47/ You start to think that the strange position of the hole in the WC is not that disgusting
48/ You find it easier to find a good joint that a good coffee
49/ You have the AH bonus card
50/ Your windows have no curtains, and you don’t care
51/ If your windows have curtains, you don’t use them, and just don’t care who might be looking at you
52/ For you, light rain is not rain
53/ Professors write a “well done” comment in your assignment and still grade you with a 6
54/ You can drink beer in the cinema (good)
55/ 10°C is warm enough to wear a short or mini skirt
56/ You can ride your bike in the rain, wind and even snow
57/ guys are very cute
58/ you can ride your bike wearing skirt (if you’re a girl), a suit or even high heels (if you’re a girl)
59/ When you start having strong opinion even if you vaguely know the topic
60/ When you “wash” the dishes with soap without rincing them
61/ “alstublieft and dank u wel” are the only dutch words you know
62/ You aren’t surprised anymore that the disco closes at 4 (but it still pisses you off)
63/ You learn to bike without using your hands on the handle
64/ You go to the market and you only buy the stuffs that fit in you bike
65/ Riding a bike and driking coffee/smoking/eating lunch at the same time is not a problem any more
66/ You reformulate the saying “if you drink, don’t drive” by “if you drink, don’t ride”
67/ You’ve been asked where the coffeeshop is
68/ You start wearing orange during soccer events, even when you’re not dutch
69/ You get used not to use napkins when eating. You just eat dirtily.
70/ You know what GVD stands for
71/ You can never predict the weather and can not believe the weather forecast anymore
72/ You wait for the light to go green before crossing the street, even if there is no car
73/ You sometimes eat only with a spoon
74/ You tried fried fish from the caravans at least once
75/ You clap the lecturer (just because he’s been speaking for 2 hours)
76/ You run to Albert Heijn at 21.55 to get some beer for the party that night
77/ Trees planted in straight rows/ aka the forest/ seems normal
78/ You think you understand why they don’t serve coffee at coffeeshops (but you’re not sure yet)
79/ You steal a bike at the station because the night before someone stole yours
80/ You think it is okay to eat multicoloured sprinkels on bread for breakfast
81/ You use 9292ov.nl to go to the supermarket
82/ You know that the wind blows in your face regardless of the direction in which you are biking
83/ You don’t even try to park in an unauthorised area just to ‘pick something up in 5min’, because you know you will get a ticket in 30secondes
84/ When you move out of your apartment, you know you might have to take the floors with you
85/ Stepping in doggiepoo on the sideawalk becomes almost a daily thing
86/ You end up eating super greasy food at 5am at FEBO or ALEV (Delft)
87/ And after that, you manage to bike home still completely wasted and go to class at 8:45
88/ You need an appointement to talk with your friends. Or your mother.
89/ You enjoy making tourists jump off the bike path
90/ You paid more for the lock of your bike than for the bike itselft
91/ Real bread? You’ve made your peace with it. It doesn’t exist
92/ You know that the Netherlands doesn’t have a special dish. They just fry everything
93/ You know getting a couch will be difficult because it doesn’t fit through the door. Windows maybe?
94/ You’re ok spending Queen’s Day in the train because people are walking on the rails
95/ Yap, Joost and Jeroen are the names of most of the Dutch guys you know
96/ when the sun pops up all your Dutch friends are wearing beach flip flops
97/ Dutch people ask you why don’t you speak Dutch?
98/ You still don’t speak Dutch but watch silly Dutch TV shows like Take me out and Single
99/ You have been in a relationship with at least one Dutch person
100/ You are used to people bumping into you abruptly on the street, yet never saying sorry




sumber: http://www.perfectgroup.com/blog/2011/07/you-know-youve-been-in-the-netherlands-for-too-long-when/